Selasa, 30 April 2013

Negeri Sulaiman

Tonton "Film Indonesia Negeri Saba 1.mp4" di YouTube

Negeri SABA

Tonton "Indonesia Negeri SABA - 5" di YouTube

Indonesia negri saba

Tonton "Borobudur Peninggalan Sulaiman - Jelajah Negeri (TVRI)" di YouTube

Candi Gebang

Candi Gebang ini tanpa relief atau polos, ini menunjukkan bahwa candi ini berasal dari periode yang tua (kurang lebih 730-800 M). Bangunan candi berbentuk bujur sangkar dengan satu bilik, berukuran 27,3 m2 atau 5,25m x tinggi 7,75 m. Candi Gebang ini mudah dicapai, karena selain berada diantara komplek perumahan dan pemukiman juga dilewati jalur angkutan umum.

Keunikan Candi Gebang

Candi Gebang tidak memiliki tangga masuk untuk menuju ke bilik. Diduga bahwa candi ini memang dibangun tidak untuk dimasuki. Jika terpaksa akan dimasuki maka jalan masuk ke bilik dengan menggunakan tangga kayu/bambu. Arca Ganesha yang ditemukan di Candi Gebang mempunyai posisi duduk di atas sebuah yoni tersendiri dan terletak di belakang dinding candi. Kemuncak candi tidak berbentuk ratna atau stupa. Akan tetapi berbentuk lingga yang ditempatkan di atas bantalan seroja. Pada ke empat sudut halaman candi terdapat lingga patok atau lingga semu.

jogja


Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya
Perjanjian Gianti pada Tanggal 13 Februari 1755
yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah
tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas
nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi
Perjanjian Gianti : Negara Mataram dibagi dua :
Setengah masih menjadi Hak Kerajaan Surakarta,
setengah lagi menjadi Hak Pangeran
Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Pengeran
Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah
daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar
Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega
Abdul Rachman Sayidin Panatagama
Khalifatullah.
Adapun daerah-daerah yang menjadi
kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta),
Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan
ditambah daerah mancanegara yaitu; Madiun,
Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro,
Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro,
Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, Grobogan.
Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu,
Pengeran Mangkubumi yang bergelar Sultan
Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa
Daerah Mataram yang ada di dalam
kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta
Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta
(Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada
tanggal 13 Maret 1755.
Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat
pemerintahan ini ialah Hutan yang disebut
Beringin, dimana telah ada sebuah desa kecil
bernama Pachetokan, sedang disana terdapat
suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang
dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan
namanya kemudian diubah menjadi Ayodya.
Setelah penetapan tersebut diatas diumumkan,
Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan
kepada rakyat membabad hutan tadi untuk
didirikan Kraton.
Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku
Buwono I berkenan menempati pasanggrahan
Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah
dikerjakan juga. Menempatinya pesanggrahan
tersebut resminya pada tanggal 9 Oktober 1755.
Dari tempat inilah beliau selalu mengawasi dan
mengatur pembangunan kraton yang sedang
dikerjakan.
Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I
berkenan memasuki Istana Baru sebagai
peresmiannya. Dengan demikian berdirilah Kota
Yogyakarta atau dengan nama utuhnya ialah
Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Pesanggrahan
Ambarketawang ditinggalkan oleh Sultan
Hamengku Buwono untuk berpindah menetap di
Kraton yang baru. Peresmian mana terjadi
Tanggal 7 Oktober 1756
Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755,
bersamaan dengan dibangunnya Kerajaan
Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono I di Hutan Beringin, suatu
kawasan diantara sungai Winongo dan sungai
Code dimana lokasi tersebut nampak strategi
menurut segi pertahanan keamanan pada waktu
itu
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri
Paduka Paku Alam VIII menerima piagam
pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil
Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI,
selanjutnya pada tanggal 5 September 1945
beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan
bahwa daerah Kesultanan dan daerah
Pakualaman merupakan Daerah Istimewa yang
menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut
pasal 18 UUD 1945. Dan pada tanggal 30
Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua
yang menyatakan bahwa pelaksanaan
Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta
akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono
IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama
Badan Pekerja Komite Nasional
Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi
bagian dari Kesultanan maupun yang menjadi
bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk
suatu DPR Kota dan Dewan Pemerintahan Kota
yang dipimpin oleh kedua Bupati Kota Kasultanan
dan Pakualaman, tetapi Kota Yogyakarta belum
menjadi Kota Praja atau Kota Otonom, sebab
kekuasaan otonomi yang meliputi berbagai bidang
pemerintahan massih tetap berada di tangan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan
dan Pakualaman baru menjadi Kota Praja atau
Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 1947, dalam pasal I menyatakan
bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi
wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta
beberapa daerah dari Kabupaten Bantul yang
sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan
Umbulharjo ditetapkan sebagai daerah yang
berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri. Daerah tersebut dinamakan Haminte
Kota Yogyakaarta.
Untuk melaksanakan otonomi tersebut Walikota
pertama yang dijabat oleh Ir.Moh Enoh
mengalami kesulitan karena wilayah tersebut
masih merupakan bagian dari Daerah Istimewa
Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu
semakin nyata dengan adanya Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah, di mana Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja
Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi
bagian Daerah Istimewa Yogyakarta.
Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh
Mr.Soedarisman Poerwokusumo yang
kedudukannya juga sebagai Badan Pemerintah
Harian serta merangkap menjadi Pimpinan
Legislatif yang pada waktu itu bernama DPR-GR
dengan anggota 25 orang. DPRD Kota
Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei
1958 dengan anggota 20 orang sebagai hasil
Pemilu 1955.
Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan Undang-
undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-
pokok Pemerintahan di Daerah, tugas Kepala
Daerah dan DPRD dipisahkan dan dibentuk Wakil
Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian
serta sebutan Kota Praja diganti Kotamadya
Yogyakarta.
Atas dasar Tap MPRS Nomor XXI/MPRS/1966
dikeluarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974
tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
Berdasarkan Undang-undang tersebut, DIY
merupakan Propinsi dan juga Daerah Tingkat I
yang dipimpin oleh Kepala Daerah dengan
sebutan Gubernur Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Wakil Gubernur Kepala Daerah
Istimewa Yogyakarta yang tidak terikat oleh
ketentuan masa jabatan, syarat dan cara
pengankatan bagi Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah lainnya, khususnya bagi beliiau Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka
Paku Alam VIII. Sedangkan Kotamadya
Yogyakarta merupakan daerah Tingkat II yang
dipimpin oleh Walikotamadya Kepala Daerah
Tingkat II dimana terikat oleh ketentuan masa
jabatan, syarat dan cara pengangkatan bagi
kepala Daerah Tingkat II seperti yang lain.
Seiring dengan bergulirnya era reformasi, tuntutan
untuk menyelenggarakan pemerintahan di daerah
secara otonom semakin mengemuka, maka
keluarlah Undang-undang No.22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur
kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi
daerah secara luas,nyata dan bertanggung
jawab. Sesuai UU ini maka sebutan untuk
Kotamadya Dati II Yogyakarta diubah menjadi
Kota Yogyakarta sedangkan untuk
pemerintahannya disebut denan Pemerintahan
Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta
sebagai Kepala Daerahnya.

Balai Rw 39

Sejarah membuktikan siapa yang bersungguh sungguh pasti akan tercapai cita cita dan keinginannya.
Diam untuk berpikir lalu mengerjakan yang bisa di perbuat adalah pintu keberhasilan.
Belajar dari suatu kegagalan akan lebih punya kemungkinan keberhasilan.
Modal keberhasilan adalah kemauan yg keras untuk mencapainya.jangankan hanya untuk hidup di dunia ini,di akheratpun harus di capai dengan kesungguhan  tanpa berhenti untuk belajar.
Jadi, pintu niat merupakan titik dasar dari segala tujuan dan keinginan.

Sleman di serbu toko modern

SLEMAN—Setelah melakukan validasi terhadap keberadaan toko modern berjejaring, Komisi A DPRD Sleman akan mulai melakukan operasi toko-toko tersebut. Operasi ini akan ditujukan pada penerapan Perda No.18/2012 tentang Izin Pendirian Toko Modern di Kabupaten Sleman.

Ketua Komisi A DPRD Sleman, Rendradi Suprohandoko mengatakan, salah satu fokus operasi ini akan menegakkan layanan 24 jam toko modern. Sebab dalam Perda itu sudah jelas diatur bahwa toko modern tidak diperbolehkan buka selama 24 jam.

“Selama ini kontrol kami pada perda ini lemah. Makanya kami akan menegakkan, jangan sampai masalah-masalah ini kembali muncul. Terlebih yang buka 24 jam, itu jelas menyalahi Perda,” kata Rendradi di gedung DPRD Sleman, Selasa (30/4).

Rendradi mengatakan, dalam Perda diatur dengan jelas bahwa toko modern hanya boleh buka mulai pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB. Sementara yang terjadi saat ini hampir semua toko modern buka selama 24 jam.

Padahal yang boleh buka selama 24 jam hanya beberapa toko modern yang berada di wilayah perkotaan. Mereka boleh buka 24 jam asalkan pada hari libur, yakni Sabtu atau hari-hari libur nasional.

“Yang terjadi selama ini Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Sleman tidak pernah mengeluarkan izin namun toko modern tetap nekat. Pedagang kecil bisa mokek [mati ]kalau seperti ini,” kata Rendradi.

Penataan Ulang

Kepala Disperindagkop Sleman Pranowo membenarkan saat ini masih ada 82 toko modern yang menyalahi Perda No.18/2012. Sedangkan sisanya sudah sesuai dengan aturan main yang berlaku. “Namun kami akan lakukan validasi jika memang hal ini dibutuhkan. Kami akan lakukan penataan ulang bagi 82 toko modern ini agar pindah saat izin gangguannya telah lewat. Namun jika izin gangguan masih berlaku, maka harus dihabiskan izin itu dan tidak bisa diperpanjang lagi,” kata Pranowo, Selasa (30/4).

Untuk jam buka, Pranowo mengaku belum bisa memberikan keputusan. Pasalnya memang belum memberlakukan perda baru. “Kami fokus penertiban pada jarak dulu, baru nanti pada jam buka. Jelas tidak semua toko modern bisa buka selama 24 jam terus-menerus,” ujar Pranowo.

Kepala Bidang Penegakan Perundang-undangan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Sunarto siap mendukung jika memang akan ada penertiban pada toko modern, khususnya penegakkan perda baru soal toko modern ini.

“Kami siap untuk mendukung program penegakan perda baru ini. Kami berharap toko modern di Sleman bisa tertata dengan baik,” ujar Sunarto.

Jalan sehat PKK Rw 39 dan Karnaval seni

Minggu tanggal 5 mei 2013,menjadi hari minggu yang semarak di jl selokan mataram Puren.karena akan adanya jalan santai,lomba koor ibu ibu,lomba nyanyi sak isane,pesta soto,donor darah,pentas seni anak jalanan dan pengukuha pengurus baru pemuda Rw 39.peserta di harapkan 1000 lebih dengan route jalan santai sekitar 4km mengelilingi dusun sekitar puren.para peserta mendaftar 2000rupiah dengan fasilitas.kupon doorprise,minum teh hangat,soto panas.doorprise utama Tv berwarna 21 in dan doorprise hiburan ratusan item.acara di mulai pukul 6 pagi dan diharapkan selesai pukul 12 siang,dengan mengalihkan jalur lalu lintas selokan mataram.dengan selogan panitia"bersama kita sehat,bersama kita bahagia".program ini  terselenggara atas kerjasama warga Rw 39 dan para sponsor .

Era komunikasi modern

Facebook Ditinggal Jutaan Pengguna

KOMPAS.com — Dominasi Facebook dalam dunia jejaring sosial internet sudah mulai terancam oleh kehadiran pendatang baru. Menurut sebuah survei, setiap bulannya, Facebook mulai kehilangan jutaan penggunanya di pasar besar. Pengguna mencari jejaring sosial lain yang lebih "segar".

Menurut survei yang dilakukan Socialbakers, Facebook kehilangan 6 juta pengunjung dari Amerika Serikat (AS) atau turun sebanyak 4 persen pada Maret 2013. Sementara di Inggris, jejaring sosial itu kehilangan sekitar 1,4 juta pengguna atau turun sebanyak 4,5 persen pada Maret 2013.

Dalam enam bulan terakhir, menurut Socialbakers, Facebook telah kehilangan pengunjung bulanan mencapai 9 juta di AS dan 2 juta di Inggris. Penurunan jumlah kunjungan juga terjadi di Kanada, Spanyol, Perancis, Jerman, dan Jepang.

"Ada faktor kebosanan di mana orang ingin mencoba sesuatu yang baru. Apakah Facebook akan seperti MySpace? Kemungkinan relatif kecil, tetapi itu bukan berarti tidak ada risiko," kata Ian Maude, analis spesialis media sosial di lembaga riset Enders Analysis, kepada The Guardian, Minggu (28/4/2013).

Meskipun demikian, Facebook masih tumbuh di kawasan Amerika Selatan. Menurut catatan Socialbakers, pengunjung bulanan Facebook di Brasil naik 6 persen pada Maret 2013 menjadi 70 juta.

Pengguna di India juga naik 4 persen menjadi 64 juta pada Maret 2013. Angka ini masih sebagian kecil dari populasi di negara tersebut, yang berarti masih ada ruang bagi Facebook untuk terus tumbuh.

Instagram, Path, Twitter

Kini makin banyak pengguna mencari jejaring sosial alternatif yang menawarkan cara baru dalam menjalin pertemanan dan berbagi konten. Facebook bahkan diserang oleh Instagram, anak perusahaan yang resmi dibeli Facebook pada Mei 2012 senilai 1 miliar dollar AS.

Instagram mengalami pertumbuhan pesat hingga meraih 100 juta pengguna aktif pada Februari 2013.

Jejaring sosial Path juga telah menyerang kelemahan Facebook. Perusahaan ini didirikan oleh Dave Morin, yang tak lain adalah mantan karyawan Facebook. Morin menjaga eksklusivitas layanan Path dengan membatasi jumlah jejaring pertemanan maksimal 150 orang. Jumlah itu dinilai ideal dan mengembalikan arti berjejaring yang sesungguhnya.

Path, yang kini memiliki 9 juta pengguna, hanya tersedia untuk perangkat iOS dan Android.

Belum lagi Twitter yang makin kuat dengan basis arus informasi. Jejaring sosial yang didirikan tujuh tahun silam oleh Jack Dorsey ini telah memiliki 200 juta pengguna aktif pada Maret 2013 dan melontarkan 400 kicauan setiap harinya.

Para kompetitor yang sedang naik daun ini tentu membuat Facebook resah. Facebook mencari celah bisnis dan terus berusaha menambah jumlah pengguna, salah satunya dengan mengembangkan layanan di perangkat mobile, terutama ponsel pintar.

Bukti nyatanya telah direalisasikan dengan membuat aplikasi khusus Facebook Home di sistem operasi Android. Inovasi ini diyakini dapat memberi sensasi berbeda dalam mengakses Facebook dan menjadi tempat baru bagi perusahaan untuk meraih pendapatan.

Facebook mengakui, hingga akhir 2012, seperempat dari seluruh pendapatan iklan Facebook diraih dari layanan di perangkat mobile. Tercatat ada 680 juta pengguna yang mengakses Facebook dari ponsel

Senin, 29 April 2013

Manfaat Puasa

Selasa, 30/04/2013 10:32 WIB Bisakah Puasa Cegah Sakit Gula dan Gangguan Jantung? Rahma Lillahi Sativa - detikHealth

Jakarta - Seperti halnya olahraga, selama ini berpuasa diyakini sebagai salah satu metode yang dapat dilakukan secara rutin untuk menjaga kesehatan. Tapi belakangan sekelompok peneliti dari Inggris mengklaim hanya dengan menjalankan puasa, seseorang dapat terhindar dari penyakit diabetes, sakit jantung dan obesitas sekaligus.

Beberapa studi terhadap hewan sebelumnya mengungkap bahwa berpuasa benar-benar dapat menurunkan berat badan, termasuk mencegah penyakit diabates. Namun peneliti tak tahu pasti bagaimana berpuasa dapat memberikan manfaat bagi kesehatan manusia secara menyeluruh. Sejumlah studi terbaru juga menunjukkan efektivitas puasa dalam menanggulangi penyakit diabetes tipe 2, kendati kondisi itu tak berlaku bagi semua orang.

Tim peneliti yang dipimpin oleh James Brown dari Aston University, Birmingham, Inggris menduga bahwa puasa intermiten (berselang setiap dua hari sekali atau dua hari seminggu) dapat memulihkan kondisi seseorang dari penyakit jantung yang dialaminya, mencegah munculnya gangguan kardiovaskular baru serta menjaga agar tekanan darah dan detak jantung tetap rendah atau terkontrol.

Tumpukan lemak di dalam pankreas yang dapat menyebabkan resistensi insulin (salah satu gejala diabetes) juga menunjukkan pemulihan ketika seseorang diketahui rajin berpuasa.

Namun peneliti belum dapat membuktikan apakah strategi berpuasa ini benar-benar dapat mencegah datangnya ketiga penyakit yang berkaitan dengan berat badan tersebut.

"Apakah puasa intermiten dapat digunakan sebagai sarana untuk mencegah diabetes pada individu-individu yang berisiko tinggi mengalaminya atau mencegah perkembangan penyakit pada pasien yang sudah didiagnosis terlebih dulu masih menjadi misteri dan kami tengah mempersiapkan percobaan klinis untuk mengetahui efektivitas metode ini pada berbagai variasi kelompok," tandas Brown seperti dilansir Emaxhealth, Selasa (30/4/2013).

Hanya saja berdasarkan analisis, peneliti menduga berpuasa dan pembatasan asupan kalori setiap dua hari dalam seminggu bisa jadi strategi jitu untuk menghentikan perkembangan penyakit jantung, obesitas dan diabetes tipe 2. Bahkan manfaatnya sama seperti operasi bariatrik tapi tak begitu invasif, lebih aman dan jauh lebih murah.

Peneliti pun mengatakan puasa intermiten juga lebih cepat menurunkan berat badan ketimbang harus menghitung asupan kalori yang dikonsumsi setiap harinya. Padahal pengurangan asupan kalori sendiri sudah bisa mengurangi peradangan dalam tubuh, menurunkan tekanan darah, meningkatkan jumlah lemak dan gula yang beredar di dalam aliran darah, mengurangi stres oksidatif serta meningkatkan metabolisme.

Dengan kata lain, studi yang dipublikasikan dalam British Journal of Diabetes and Vascular Disease ini menunjukkan kombinasi dari manfaat berpuasa dengan manfaat metode pembatasan kalori yang masih dikatakan sulit dilakukan kebanyakan orang ini dapat memperbesar peluang seseorang untuk terhindar dari diabetes, penyakit jantung dan obesitas.

Share: Twitter | Facebook | Email

(0) Komentar | Kirim komentar

Baca Juga: Cara Sederhana Periksa Risiko Penyakit Jantung Tanpa Harus ke Dokter Pekerja Kasar Lebih Gampang Jantungan, Apalagi Kalau Sering Fitnes Risiko Terkena Serangan Jantung Bisa Dilihat dari Rambut Seseorang

Most Read: Bisakah Puasa Cegah Sakit Gula dan Gangguan Jantung? Tingkatkan Kekebalan Tubuh dengan 8 Cara Alami Ini Pria Lebih Mudah Turunkan Berat Badan, Ini Alasannya Permen Karet Berkafein Makin Digemari, Ini Pesan Ahli Kesehatan

Bumi Purba ternyata berbau Busuk

KOMPAS.com - Bumi purba ternyata berbau seperti telur busuk. Demikian gambaran yang tepat untuk mengilustrasikan hasil analisis fosil yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences baru-baru ini.

Telur menghasilkan bau busuk ketika ada senyawa hidrogen sulfida. Bumi purba ternyata juga kaya akan mikroorganisme yang sudah saling memakan satu sama lain serta menghasilkan sampah senyawa mengandung sulfida.

Martin Braiser, pakar ilmu kebumian dari Oxford University, melakukan analisis fosil Gunflintia. makhluk itu adalah bakteri yang sangat kecil, hanya berukuran 10 mikron. Sebagai perbandingan, mata jarum saja memiliki ukuran 1230 mikron.

Saat menganalisis fosil itu, ilmuwan menemukan adanya bagian bakteri yang mengalami perforasi atau sedikit berlubang. Menurut Braiser, hal itu menjadi indikasi adanya mikroorganisme lain yang memakannya.

Analisis kemudian menemukan adanya senyawa besi sulfida. Besi sulfida adalah senyawa hasil metabolisme bakteri yang memperoleh energi dengan memanfaatkan sulfat. bakteri itulah yang diduga memakan Gunflintia. Menurut ilmuwan, bakteri itu sudah ada sejak 3,5 juta tahun lalu.

"Sementara Gunflintia berumur setengahnya bakteri itu, Gunflintia mengonfirmasi bahwa bakteri yang mengandalkan sulfur itu juga melimpah pada 1900 tahun lalu," kata David Wacey, peneliti post-doktoral di University of Western Australia, seperti dikutip Livescience, Senin (29/4/2013).

Bakteri yang memakan Gunflintia, memanfaatkan sulfur untuk mendapatkan energi dan melepaskan sampah yang mengandung sulfur ke lingkungan itulah yang membuat Bumi berbau seperti telur busuk pada masa lalu.

Tanpa Judul

Cerpen kehidupan

Selasa, 30 April 2013 02:13

Sebelum kau bertanya, ”Agama apa yang pantas bagi pohon-pohon?” hujan lebih dahulu berwarna tembaga.

Merkuri yang tinggi, tegak dan melengkung; berbaris menundukkan kepala di sisi jalan provinsi J, dan kita mengira mereka sedang sibuk, atau mungkin berkabung, pada lalu lintas yang senantiasa bergegas, seperti saat, seperti waktu (yang kerap terlepas dan bersambung). Penerangan dalam bus dimatikan, sejak beberapa jam yang lalu.

Penumpang yang lain sepenuhnya mengantuk; nyaris terlelap, punah dari jaga seolah mereka akan tinggal di bus ini untuk selama-lamanya. Lelehan hujan yang mengalir pada jendela kaca jatuh lebih nyata dari yang semestinya. Dan, entah mengapa, tiba-tiba kita saling bertanya: benarkah di suatu kota, hujan dan gerimis dapat berubah menjadi logam? Dan hari akan bercadar, dan, kita benar akan sampai?*

Kau senyum tipis: jadi logam mulia, atau, logam hina?

Aku mengangkat bahu.

Itu bukan soal.

Kita saling meletakkan pandangan di dalam perasaan masing-masing.

Dan di luar, cuaca saat ini adalah kabut dalam lanskap gelap rawa-rawa pantai. Ada pula nuansa kota-kota yang kita lintasi; lapak-lapak tenda dengan lampu neon 15 watt, tempat isi ulang pulsa, ATM, penjual buah, rumah-rumah dengan beranda, restoran, apotek 24 jam, gambar-gambar kangen di bak truk, pasangan yang saling berbonceng dengan lambat, dan itu, sepotong bulan biskuit yang selalu terlambat 4 menit; bergelantung pada kemiringan 300 di arah Timur.

Dan kau mulai bercerita soal bulan. (Cerita yang tidak kusukai karena alasan pribadi).

Bahwasanya, pada suatu malam yang ceria, hari Sabtu, kalian pernah duduk-duduk di halaman rumah kontrakan. Zafin, putra kecil kalian, begitu menggemaskan. (Aku membayangkan bentuk muka, pakaian, dan gaya sisiran rambutnya). Dan, katamu kemudian, sepotong bulan biskuit, muncul dari semak-semak nyiur, dari arah sungai yang tersembunyi arusnya.

Zafin terpesona melihatnya. Ia kemudian bilang:

"Mama, mengapa malam-malam begini ada matahari?"

"Itu bukan matahari, sayang," katamu (disertai senyum ingatan geli), "itu bulan."

Dan kamu tahu? Zafin memandang penuh takjub, tak henti-henti, hingga seluruh sinar bulan itu menggenang di air mukanya. Dan tak kusangka memang, ternyata, ia baru pertama kali lihat yang namanya bulan. Ia pun bertanya lagi, ’Itu bulan siapa, Ma?’ Kami sempat bingung. Kujawab saja, itu bulan kepunyaan Tuhan, sayang. Dan ia malah lanjut bertanya, ’Tuhan? Siapa dia? Kakek-kakek nelayan ya? Mengapa dia menaruh bulannya di sana? Rumahnya di seberang sungai ya, Ma? Kita main ke sana yuk! Kita pinjam bulannya, buat dipasang di kamar Zafin.’ Kami terdiam. Antara lucu dan tak mengerti isi pikiran Zafin. Untung ada penjual molen lewat. Zafin suka molen pisang. Dan pertanyaan tadi, ia abaikan dalam seketika.

Aku minta ijin padamu untuk merasa gembira, tepuk tangan, dan berkata, bahwa barangkali, putramu itu akan menjadi seorang filsuf, atau, penyair.

(Meski sebenarnya aku muak dengan kebahagiaan kalian, dan, benci mengatakan pujian palsu).

Kusebut-sebut perihal mukjizat yang seringkali terabaikan, teralihkan oleh dorongan menjadi ideal yang lain. Kau menanggapi dengan baik. Malahan, kau menyinggung-nyinggung tentang seorang penyair, yang karena patah hati, lalu memilih jadi relawan di daerah konflik. Dia berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di sana, kata dia, hujan malah berubah jadi peluru. Tajam dan seringkali berdarah. Kelaparan, pengungsi, kemah-kemah penuh penyakit, mi instan, dan seterusnya.

Dia masih muda, tapi sayang, cinta yang gagal membuatnya lebih menderita 10 tahun dari usia kebahagiaan yang seharusnya dia miliki. Hari-harinya adalah menulis laporan pembantaian, tinggal di antara orang-orang yang tak lagi paham apa arti merdeka dan tanah air, menghibur seorang ibu yang anaknya ditembus peluru, bernyanyi bagi anak-anak yang kehilangan ayahnya, meneplok nyamuk yang begitu banyak di malam gelap musim hujan, dan seterusnya.

Aku buru-buru menambahkan, ”Dan dia selalu merindukan cintanya yang hilang, menulis sajak yang dirahasiakan, dan, menyusun surat cinta yang tak pernah dikirimkan.”

Kau senyum meledek:

”Lalu dia mencoba pulang, entah untuk alasan apa.”

(Kau ini, memang paling bisa).

Dia pulang untuk sesuatu yang masih dirahasiakan, kataku.

Kemudian, dia bertemu dengan cintanya yang membuat menderita itu, yang telah memiliki anak dan rajin bercerita tentang anaknya. Mulai dari ketika dia belajar memanggil ayahnya dengan cadel, sampai soal menyebut bulan sebagai matahari yang datang di malam hari, dan, ingin memindahkannya ke kamar—tentu dengan kemiringan yang sama, 300 dari arah Timur. Mereka berusaha bercakap-cakap seolah tak pernah ada apa-apa; tak pernah mengenali satu sama lain, tak pernah menyentuh satu sama lain.

”Apa pertemuan itu suatu kebetulan?”

Salah satu pertanyaan darinya.

”Kebetulan? Apa itu kebetulan?” Kata si penyair. ”Angka dalam lotre murahan yang dijagai lelaki tua di tepi jalan, atau, saat tiba-tiba kita ada dan tiba-tiba tiada?”

”Sayang sekali, sudah tak ada lagi tempat bagimu untuk menyimpan puisi-puisi. Dunia sudah sesak, sudah penuh.”

”Dan sudah menyakitkan bagi perempuan yang baru dicerai; dihapus dari kalimat cinta fiktif.”

Kita diam.

Dendam silih dalam jam digital berwarna merah saga di dekat kondektur yang saling sulih dengan dingin.

Aku menyandarkan punggung, lelah.

Dan kita memang sudah lama tak menyenangkan lagi. Cahaya-cahaya saling berpapas dan melewati. Jalanan berlorong. Berlabirin. Kita seperti melaju dalam pori-pori terumbu karang. Lagu-lagu lambat diayunkan membuat penumpang lain makin lelap. Kita hanya mampu menahan tawa, saat lirik dari Queen seperti sengaja dilemparkan oleh kondektur pada kita: ”Too much love, will kill you.....” Kita, pada hari yang telah jadi silam, sebenarnya pernah seperti saat ini. Bedanya, ketika itu kau bersandar di bahuku, dan, kadang kau diam-diam mencuri waktu untuk mencium pipiku dan mengatakan:

”Senyummu terlalu manis untuk seorang pemikir yang berlagak serius,” (matamu menggoda).

Dan kita mengisi perjalanan dengan menerka apa-apa yang terjadi di antara rumah pada tepian jalan yang kita lintasi.

”Kamu tahu, anak itu bilang pada ayahnya: Ayah mengapa gula-gula kapas berwarna merah muda?”

Ayahnya bilang, katamu selanjutnya, ”Itu karena pedagangnya ingin punya anak perempuan yang cantik, yang punya leher indah.”

”Bukan begitu,” aku merasa tidak setuju, ”anak itu justru berkata: Ayah, jangan biarkan aku menjadi dewasa. Kemudian dilahapnya gula-gula kapas itu sambil berdoa agar ia tak lekas menjadi besar. Lihatlah....”

Kau tertawa, mana ada anak kecil secerdas itu. Anggap saja dia pernah mendengar cerita betapa menyakitkannya menjadi dewasa; terbatas dari kebebasan melakukan apapun, menanyakan apapun.

Kau menatapku, benarkah kita telah menjadi dewasa? Aku mengangguk. Kita berpelukan. Ada jeda dari musim yang tak mampu kita tahan. Dan kita berganti dari memperhatikan seorang anak dalam gendongan pundak ayahnya, yang sambil menikmati gula-gula kapas merah muda itu, ke seorang nenek keriput yang menjemur padi, dan bukit-bukit.

”Menurutmu, apa yang dikatakan bukit-bukit itu kepada kita?”

Kali itu, giliran aku yang menggodamu, ”Beri aku sebuah tanda, kata sang bukit. Beri aku.... sebuah tahi lalat. Sebuah, atau lebih.”

Kau mencubitku, geli.

Kita saling melirik.

”Kalau pohon-pohon itu?”

”Menurutmu?”

”Mmm, apa ya, mungkin, mereka bilang, kalian bisa pergi-pergi, sementara kami, sejak lahir sampai mati berada di sini.”

Kita mengambil waktu untuk memperhatikan mereka. Daun-daunnya bersorak sepi di dekat perlintasan. Entah untuk apa mereka ada, jika tak seorang pun mengakui. Setelah itu, seberapa jarak dari hitungan bulan, kita tak pernah bertemu lagi.

Selain pertanyaanmu yang tiba-tiba melompat: ”Agama apa yang pantas bagi pohon-pohon?”

”Kenapa memangnya?”

”Bukankah berbagai pohon dapat tumbuh di tempat yang sama dengan damai?”

”Ya. Kenapa?”

”Ini soal perasaan. Kau tidak akan mengerti.”

Jujur, aku tak tahu harus komentar apa. Kurendahkan sandaran 150 dan mencoba berpikir pada kursi nomor 11, di sebelahmu ini. Hujan pun semakin menembaga.

Dan lampu-lampu lalu lintas memberi tahu lagi, pernikahan kalian memang berbeda agama. Kemudian, berpisah. Zafin dibawa oleh ayahnya.

Bus berhenti sejenak di kota G.

”Aku mengira, seandainya pohon-pohon beragama, hewan-hewan berideologi, dan para jin dan tuyul membuat undang-undang, mendirikan partai, mengendalikan kekuasan, hukum, dan politik, masihkah kita disebut sebagai manusia?”

Seorang penumpang naik.

Perempuan. Tapi tidak sepertimu. Dia mendekat, melihat sana-sini kursi yang kosong.

”Boleh aku duduk di samping Anda?”

”Ini sudah kubeli.”

”Tapi itu kosong?”

”Tidak boleh aku beli kursi kosong?”

”Untuk apa?”

”Ini soal perasaan. Kau tidak akan mengerti.”

”Anda pasti bercanda,” dia senyum, seolah tak percaya. Kutunjukan tiketnya: atas namamu.

”Masih tak percaya?”

Dan dia pun kemudian berlalu, duduk di sebelah kakek-kakek tua, jauh dari tempatku berada dan entah berkata apa.

Sementara jam, masih terus berjalan.

*Menanyakan salah satu baris puisi Goenawan Mohamad, Di Kota Itu, Kata Orang, Gerimis Telah Jadi Logam)

Editor: Jodhi Yudono

Sumber : Kompas Cetak

KOMPASIANA KOMPAS FORUM URBANESIA.COM

HARIAN KOMPAS

Fungsi Masjid Terdegradasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid saat ini hanya diperuntukkan sebagai tempat ibadah semata dan jauh dari pusat aktvitas sosial ekonomi ummat. Kondisi inilah yang menjadi keprihatinan Dewan Masjid Indonesia (DMI). Akibatnya, kehidupan sehari-hari umat semakin tercerabut dari lingkungan masjid yang dianggap sebagai wadah pemersatu umat Islam.

Ketua Umum DMI, M Jusuf Kalla (JK), mengatakan kondisi masjid ini semakin mengkhawatirkan ketika banyak masjid megah dibangun, namun setelah itu fungsi sebagai tempat ibadah pun tidak terlihat. "Karena banyak masjid megah setelah dibangunnya hanya diisi sedikit jamaah," katanya kepada Republika, Senin (29/4).

Data yang ada di DMI, saat ini setidaknya ada 850 ribu masjid dan lebih dari 1 juta mushala di seluruh Indonesia. Dari jumlah yang besar itu, setidaknya tidak lebih dari setengah persennya masjid dan mushola yang telah memiliki pusat komunitas. Sedangkan sisanya, bahkan ada yang hanya terkunci dan hanya dibuka bila waktu sholat tiba.

Karena itu, pada tahun ini DMI telah mencanangkan sebuah konsep masjid sebagai basis dalam Community Center sebagai aktivitas sosial ekonomi umat. Keinginan ini, muncul untuk menghadirkan kembali masjid sebagai pusat komunitas masyarakat.

Konsep ini seperti yang telah terjadi pada masa awal Islam dan dicontohkan Nabi Muhammad SAW. JK menjelaskan, setidaknya ada empat konsep masjid yang akan dijadikan pusat komunitas umat Islam, selain tempat beribadah. Dia memaparkannya sebagai masjid untuk pusat perekonomian, pusat pendidikan, pusat penghijauan, dan pusat kesehatan.

"Semua ini sudah kita konsepkan dengan matang. Dananya, kami hanya memfasilitasi dari pihak perbankan Islam, Kemendikbud, Kemenkes dan Kemenhut serta bekerja sama dengan beberapa BUMN sebagai CSR," katanya.

Buwana care

Profil Buwana Care

Meningkatnya intensitas bencana di Indonesia, memotivasi berbagai pihak untuk ikut ambil bagian dalam aktivitas tanggap darurat ataupun pencarian, sebagai bentuk kepedulian terhadap berbagai bencana yang terjadi di lingkungan sekitar. Namun Seringkali tidak dibarengi dengan skill yang mumpuni dan peralatan yang memadai. Sumber Daya Manusia dan Daya dukung lainnya seperti Peralatan menjadi Hal yang Utama dalam sebuah aksi tanggap Darurat dan suatu pencarian.

Buwana Care merupakan Organisasi sosial yang bergerak dibidang penanggulangan bencana, SAR dan Kemanusiaan yang telah beberapa kali turut ambil bagian dalam setiap bencana yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Potensi SDM Buwana Care telah dibekali dan dilatih sesuai skill dalam kondisi berbagai medan. Baik untuk penanggulangan bencana maupun operasi-operasi pencarian lainnya. Misi kami sederhana, kami ingin menyebarkan virus berbagi dan membantu secara tulus dan ikhlas tanpa tendensi apapun kecuali untuk mencari Muka dihadapan sang pencipta.

Menjadi Organisasi Sosial Kemanusiaan yang Efektif, Transparan dan Amanah.

1. Memfasilitasi SDM yang sudah ada, sehingga dapat meningkatkan efektifitas dalam pelaksanaan tanggap darurat dan pencarian 2. Pemberdayaan Peran Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana, Kemanusiaan dan Operasi SAR 3. Menyalurkan berbagai Sumber Daya yang dibutuhkan masyarakat secara mudah dan transparan

Pagi 1:52 /30 mei 2013

Hening dan hening
Menjadi bagian dari malam
Cicak cicak berteriak
Selamat pagi penuh dengan kedamaian

Sore 16:29 wib:29 april 2013