Kamis, 28 November 2013
Jogjakarta// Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu Masih seperti dulu Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu Nikmati bersama suasana Jogja Di persimpangan, langkahku terhenti Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera Orang duduk bersila Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu Merintih sendiri, di tengah deru kotamu (Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Oh… (Namun kotamu hadirkan senyummu abadi) (Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi) (Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Oh… Tak terobati Musisi jalanan mulai beraksi, oh… Merintih sendiri, di tengah deru, hey… Walau kini kau t’lah tiada tak kembali Namun kotamu hadirkan senyummu abadi Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi (untuk s’lalu pulang lagi) Bila hati mulai sepi tanpa terobati, oh… (Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Tak kembali… (Namun kotamu hadirkan senyummu abadi) Namun kotamu hadirkan senyummu yang, yang abadi (Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi) Izinkanlah untuk s’lalu, selalu pulang lagi (Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Bila hati mulai sepi tanpa terobati Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi) Senyummu abadi, abadi…
Jumat, 15 November 2013
Merajut Asa
Sendiri
Bercengkrama dengan pikiran dan hati
Ketika sendiri di dalam ruangan keluarga
Kutemukan rasa cinta yang abadi dari Allah pada mahkluqnya yang lemah
Langganan:
Postingan (Atom)