Puren Media Center
Kampung Puren Menuju Tahun 2020
Kamis, 28 November 2013
Jogjakarta// Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu Masih seperti dulu Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu Nikmati bersama suasana Jogja Di persimpangan, langkahku terhenti Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera Orang duduk bersila Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu Merintih sendiri, di tengah deru kotamu (Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Oh… (Namun kotamu hadirkan senyummu abadi) (Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi) (Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Oh… Tak terobati Musisi jalanan mulai beraksi, oh… Merintih sendiri, di tengah deru, hey… Walau kini kau t’lah tiada tak kembali Namun kotamu hadirkan senyummu abadi Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi (untuk s’lalu pulang lagi) Bila hati mulai sepi tanpa terobati, oh… (Walau kini kau t’lah tiada tak kembali) Tak kembali… (Namun kotamu hadirkan senyummu abadi) Namun kotamu hadirkan senyummu yang, yang abadi (Izinkanlah aku untuk s’lalu pulang lagi) Izinkanlah untuk s’lalu, selalu pulang lagi (Bila hati mulai sepi tanpa terobati) Bila hati mulai sepi tanpa terobati Walau kini engkau telah tiada (tak kembali) tak kembali Namun kotamu hadirkan senyummu (abadi) Senyummu abadi, abadi…
Jumat, 15 November 2013
Merajut Asa
Sendiri
Bercengkrama dengan pikiran dan hati
Ketika sendiri di dalam ruangan keluarga
Kutemukan rasa cinta yang abadi dari Allah pada mahkluqnya yang lemah
Kamis, 18 Juli 2013
Bothok jendil
TEMPO.CO , Bojonegoro - Bengawan Solo yang membelah
wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dikenal
menyimpan ikan-ikan berprotein tinggi. Salah satunya ikan
jendil (sejenis ikan patin). Ikan berwarna hijau keputih-
putihan berbobot 12 kilogram ini banyak dijumpai di perairan
tersebut.
Sebenarnya, selain jendil , masih banyak jenis ikan yang
terdapat di Bengawan Solo. Mulai bader (tawes), areng-areng ,
rengkik, garingan, wader, gabus, nila, hingga lempuk. Tapi,
dari sekian jenis ikan itu, hanya jendil yang jadi menu kuliner
favorit masyarakat.
Dagingnya yang empuk, kulit berlendir, serta duri yang tak
terlalu banyak menjadikan ikan jendil dapat diolah menjadi
beragam masakan andalan: botok, asem-asem, dan penyetan.
Rasanya yang gurih dan lezat cocok untuk sarapan ataupun
makan siang.
Khusus botok jendil , bumbu yang dipakai untuk mengolah
adalah kunir, merica, ketumbar, bawang merah, bawang putih,
cabai, daun salam, kelapa, dan garam secukupnya. Bumbu-
bumbu itu diaduk menjadi satu dengan santan. Sebelum
kemudian dibungkus daun pisang, jendil yang sudah diolah itu
dicampur dulu dengan daun singkong.
Setelah itu, botok jendil dikukus selama 20 menit. Begitu
masak, aroma kunir dan daun salam terasa menggoda selera.
“Dengan dikukus bisa lebih sehat,” ujar Dwi, salah satu ahli
masak ikan di Bojonegoro, kepada Tempo , Senin, 15 Juli 2013.
Kendati peminatnya banyak, tidak setiap saat botok jendil
ada. Sebab, jika datang musim penghujan, ikan jendil menjadi
langka. Lebih-lebih bila air Bengawan Solo meluap, ikan jendil
seperti menghilang. Sebaliknya, jika kemarau dan air surut,
boleh dibilang saat itulah musimnya ikan jendil .
Di Bojonegoro dan sekitarnya tidak terlalu sulit mencari menu
botok jendil . Sejumlah tempat makan menyajikan menu
tersebut. Umpamanya depot-depot di Jalan Rajekwesi, Jalan
Basuki Rahmad, Jalan Setio Budi, maupun di dalam Pasar
Besar Kota Bojonegoro. Di luar kota, beberapa warung juga
menyediakan menu ini. Misalnya Warung Ijo serta Warung
Semriwing di Kecamatan Ngraho.
Selain di Bojonegoro, botok jendil juga mudah ditemui di
warung-warung sepanjang tepian Bengawan Solo di
Kabupaten Tuban dan Lamongan. Harganya pun cukup
terjangkau. Dengan merogoh kocek Rp 5.000 hingga Rp 7.000
per bungkus, pembeli sudah dapat menikmati masakan khas
dari tepi Bengawan Solo tersebut.
Penggemar botok jendil tidak hanya dari kalangan masyarakat
menengah ke bawah. Sebab, tidak sedikit pejabat yang
menyukai jenis ikan yang konon mengandung protein tinggi
itu. Salah satunya adalah Kepala Kejaksaan Negeri
Bojonegoro, Tugas Utoto. Pria asal Yogyakarta ini mengaku
selalu ketagihan botok jendil .
Tak jarang Tugas mengajak tetamunya menikmati botok jendil
di sebuah warung yang memang menyediakan menu tersebut.
"Saya penikmat botok jendil karena rasanya lezat sekali,” kata
Tugas sambil tersenyum.
wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dikenal
menyimpan ikan-ikan berprotein tinggi. Salah satunya ikan
jendil (sejenis ikan patin). Ikan berwarna hijau keputih-
putihan berbobot 12 kilogram ini banyak dijumpai di perairan
tersebut.
Sebenarnya, selain jendil , masih banyak jenis ikan yang
terdapat di Bengawan Solo. Mulai bader (tawes), areng-areng ,
rengkik, garingan, wader, gabus, nila, hingga lempuk. Tapi,
dari sekian jenis ikan itu, hanya jendil yang jadi menu kuliner
favorit masyarakat.
Dagingnya yang empuk, kulit berlendir, serta duri yang tak
terlalu banyak menjadikan ikan jendil dapat diolah menjadi
beragam masakan andalan: botok, asem-asem, dan penyetan.
Rasanya yang gurih dan lezat cocok untuk sarapan ataupun
makan siang.
Khusus botok jendil , bumbu yang dipakai untuk mengolah
adalah kunir, merica, ketumbar, bawang merah, bawang putih,
cabai, daun salam, kelapa, dan garam secukupnya. Bumbu-
bumbu itu diaduk menjadi satu dengan santan. Sebelum
kemudian dibungkus daun pisang, jendil yang sudah diolah itu
dicampur dulu dengan daun singkong.
Setelah itu, botok jendil dikukus selama 20 menit. Begitu
masak, aroma kunir dan daun salam terasa menggoda selera.
“Dengan dikukus bisa lebih sehat,” ujar Dwi, salah satu ahli
masak ikan di Bojonegoro, kepada Tempo , Senin, 15 Juli 2013.
Kendati peminatnya banyak, tidak setiap saat botok jendil
ada. Sebab, jika datang musim penghujan, ikan jendil menjadi
langka. Lebih-lebih bila air Bengawan Solo meluap, ikan jendil
seperti menghilang. Sebaliknya, jika kemarau dan air surut,
boleh dibilang saat itulah musimnya ikan jendil .
Di Bojonegoro dan sekitarnya tidak terlalu sulit mencari menu
botok jendil . Sejumlah tempat makan menyajikan menu
tersebut. Umpamanya depot-depot di Jalan Rajekwesi, Jalan
Basuki Rahmad, Jalan Setio Budi, maupun di dalam Pasar
Besar Kota Bojonegoro. Di luar kota, beberapa warung juga
menyediakan menu ini. Misalnya Warung Ijo serta Warung
Semriwing di Kecamatan Ngraho.
Selain di Bojonegoro, botok jendil juga mudah ditemui di
warung-warung sepanjang tepian Bengawan Solo di
Kabupaten Tuban dan Lamongan. Harganya pun cukup
terjangkau. Dengan merogoh kocek Rp 5.000 hingga Rp 7.000
per bungkus, pembeli sudah dapat menikmati masakan khas
dari tepi Bengawan Solo tersebut.
Penggemar botok jendil tidak hanya dari kalangan masyarakat
menengah ke bawah. Sebab, tidak sedikit pejabat yang
menyukai jenis ikan yang konon mengandung protein tinggi
itu. Salah satunya adalah Kepala Kejaksaan Negeri
Bojonegoro, Tugas Utoto. Pria asal Yogyakarta ini mengaku
selalu ketagihan botok jendil .
Tak jarang Tugas mengajak tetamunya menikmati botok jendil
di sebuah warung yang memang menyediakan menu tersebut.
"Saya penikmat botok jendil karena rasanya lezat sekali,” kata
Tugas sambil tersenyum.
Malam ke 11
Malam jumat saat ini adalah malam ke 11 bulan Ramadhan tahun ini.
Bagian yang terpenting adalah ketika mencoba untuk lebih baik dari pada hari kemarin.
Hari ke 11 adalah pintu hari kesepuluh yang kedua dalam bulan ramadhan

Semoga ini menjadi pijakan untuk lebih baik menuju kesempurnaan ibadah puasaku. Amin
Bagian yang terpenting adalah ketika mencoba untuk lebih baik dari pada hari kemarin.
Hari ke 11 adalah pintu hari kesepuluh yang kedua dalam bulan ramadhan

Semoga ini menjadi pijakan untuk lebih baik menuju kesempurnaan ibadah puasaku. Amin
Minggu, 14 Juli 2013
Sunyi
Lokasi:yogyakarta
Depok, Depok
Langganan:
Postingan (Atom)